JOGET ANGGOTA DPR
Kita baru saja menyaksikan sebuah ironi. Di tengah rakyat yang sedang susah, harga-harga melambung, pengangguran makin sulit mencari kerja, ada sebuah kabar: gaji anggota DPR naik. Walaupun katanya bukan gaji yang naik, tapi konpensasi rumah dinas, intinya anggota DPR terima duit lebih banyak dari sebelumnya. Dan yang lebih menyakitkan, setelah itu ada yang joget-joget. Joget di atas penderitaan rakyatnya sendiri.
Mari kita bicara.
Secara hukum, apakah gaji DPR boleh dinaikkan? Jawabannya: boleh. Tidak ada pasal yang melarang. Negara memang punya hak menetapkan anggaran, termasuk untuk gaji pejabat. Jadi, dari sisi legalitas, itu sah.
Akan tetapi, hukum bukan hanya soal pasal.
Ada juga etik dan moralitas. Dalam filsafat hukum, ada adagium kuno: summum ius, summa iniuria — hukum yang dijalankan secara kaku tanpa nurani bisa menjadi ketidakadilan yang paling besar.
Pertanyaannya sederhana: pantaskah?
Apakah pantas wakil rakyat menambah gajinya sendiri, lalu bergembira, sementara rakyat yang diwakilinya sedang menjerit karena harga beras, susu anak, dan biaya sekolah?
DPR itu disebut wakil rakyat, bukan penguasa rakyat. Dalam kontrak sosial, mandat kekuasaan lahir dari rakyat, untuk rakyat, demi rakyat. Ketika mandat itu dipakai bukan untuk meringankan beban rakyat, tapi untuk menambah kenyamanan diri sendiri, maka secara etik itu adalah pengkhianatan moral.
Filsafat Jawa bilang: “Mikul dhuwur mendhem jero.” Pemimpin itu harus mengangkat tinggi martabat rakyatnya, dan mengubur dalam-dalam kepentingan pribadinya. Bukan sebaliknya.
Joget setelah gaji naik, itu bukan sekadar ekspresi gembira. Itu simbol. Simbol betapa jauhnya jarak batin antara penguasa dan rakyatnya. Simbol betapa elit sering hidup di dunianya sendiri, seolah lupa bahwa rakyat di bawah sedang antre bantuan beras, sedang berjuang dengan upah pas-pasan.
Maka, izinkan saya tegaskan:
Secara hukum, boleh.
Tapi secara etik, itu luka moral.
Dan luka moral jauh lebih dalam dari sekadar pelanggaran pasal. Karena luka itu menghantam kepercayaan rakyat terhadap negara.
Teman-teman, kalau kita diam, ini akan berulang. Kita harus berani bersuara. Bukan untuk membenci, tapi untuk mengingatkan. Karena demokrasi tanpa kritik hanyalah topeng.
Jangan lupa: rakyat miskin, rakyat lapar, rakyat yang susah kerja, bukan sekadar angka statistik. Mereka adalah manusia, sama-sama warga negara, yang mestinya jadi prioritas utama, bukan nomor kesekian.
Jadi, pertanyaannya kita kembalikan ke mereka: Apakah wakil rakyat masih benar-benar mewakili rakyat? Atau hanya mewakili dirinya sendiri?”
Jangan biarkan nurani kita mati. Karena kalau nurani mati, hukum akan kehilangan jiwa, dan politik hanya jadi panggung joget yang menyakitkan.
JOGET ANGGOTA DPR
Reviewed by nashihul
on
Agustus 18, 2025
Rating: 5