NAIF VS PARNO
Ada kepala daerah lintas gender menutup pagar-pagar masjid dan menggertak jamaah sholat jum'at yang sedang berlangsung, "bubar", suaranya keras mengagetkan khatib.
Ada masyarakat bertemu sial menerima hujatan karena mengabarkan kegiatan sholat tarawih di media sosial, rumahnya rusak diadu dengan bongkahan batu sungai.
Ada orang tua dipukul jatuh harga dirinya oleh angkatan muda lantaran tetap datang sholat berjamaah lima waktu di masjid. Diendus jejaknya, dikuntit gerak geriknya.
Ada tokoh masyarakat yang terlepas ketokohannya seketika berijtihad memilih tetap membuka pintu masjid, sebab akar hatinya tertanam di bawah Mihrab.
Ternyata peristiwa-peristiwa ini menyesakkan dada. Adakah benih perkaranya? Mungkinkah yang disebut Covid 19? Menurut orang-orang itulah pangkalnya, itulah masalahnya.
Tetapi kenapa agama (masjid) yang terfitnah? Kenapa bukan mall dan pasar? Kenapa bukan terminal dan bandara? Kenapa banyak orang mencela ahli masjid?
Berkeras hati agar semua masjid di tutup, berkesimpulan adalah masjid sumber penyebaran wabah. Melirik curiga setiap orang bergamis, hendak ke mana gerangan.
Didatanginya setiap orang berjenggot, ditemuinya orang-orang bekopyah, berdengus dan bernafas emosi sambil berkata-kata, "Dasar manusia naif, diam kau di rumah"
Setelahnya dia pergi ke pasar. Bertukar barang dan bercanda tawa, pulang dia mengambil remot TV, menyaksikan terminal dan bandara dibuka, gembira hati dia.
Golongan teduh itu pulang membawa sedih, hatinya tersayat, matanya basah. Dihamparkan kain sajadah, mengadu ke Tuhannya Covid 19. Tabah mereka di rumah.
Orang pandai fiqih berhujjahlah dengan ilmunya. Menarik kisah lampau ke dalam zaman now. Kejadian di bentala ujung, terasa hingga ke tengah pulau. Mungkinkah dunia ini bersambung!
Majelis mengatakan penguasa ini ambivalen, di sana jagung di sini nasi. Ada juga bukan penguasa tetapi gayanya sama, sok berkuasa. Sayang ini bukan sekedar persoalan fiqih, ada yang lebih mendesak, fulus.
Makanya pasar dibiarkan telanjang, mall bertirai disingkap, bandara sudah ditutup dibuka lagi, begitu pula terminal. Akhirnya banyak yang jatuh berdarah, dikorek makhluk tak nampak, payahlah dokter.
Sekiranya pembelaan mudah diberikan kepada mall, pasar, terminal dan bandara, lantas apa yang menghalangi dirimu memberikan pembelaan terhadap Agama.
Paling mudah tidak mencela mereka yang masih ke masjid, apalagi hidup jauh di seberang pulau, sementara di Jawa saja kegiatan ibadah masih semarak di desa-desa.
Berbalas-balasan indah suara bacaan Al-Quran, gadis-gadis rumah tersenyum manis berangkat ke surau, bertarawih dengan riang, biarpun status kota sudah psbb, namun hati mereka lapang.
Tetap berusaha, tetap berjaga-jaga, tetap berselidik agar tidak dikata naif. Berbicara santun, bersikap lembut, bersosial sehat agar tidak dikata paranoid. Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah.
Tidak ada komentar: